Tulisan Ilmu Sosial Dasar
-Regional (ASEAN)-
Ilmu Sosial Dasar
Ilmu pengetahuan dapat dikelompokan melalui
beberapa cara. Secara umum ilmu pengetahuan dikelompokan menjadi tiga yaitu
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu pengetahuan budaya
atau lebih umum disebut ilmu pengetahuan humaniora. Pengelompokan ilmu
pengetahuan ini yang mendasari pengembangan Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial
Dasar, dan Ilmu Budaya Dasar sebagai matakuliah dasar umum yang wajib diambil
oleh mahasiswa di samping matakuliah dasar umum lainnya seperti Agama,
Pancasila, dan Kewiraan. Matakuliah Ilmu Sosial Dasar bukanlah merupakan suatu
disiplin ilmu tetapi lebih merupakan kajian yang sifatnya multi atau
interdisipliner. Ilmu Sosial Dasar diajarkan untuk memberikan pengetahuan dasar
dan pengertian umum kepada mahasiswa tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji gejala-gejala sosial yang terjadi di sekitamya. Dengan demikian,
diharapkan mahasiswa dapat memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap lingkungan
sosialnya. Dengan kepekaan sosial yang dimilikinya, mahasiswa diharapkan
memiliki kepedulian sosial dalam menerapkan ilmunya di masyarakat.
Kemiskinan Jadi Masalah Sosial Utama
Kawasan ASEAN
Berdasarkan informasi dan bertukar pengalaman dalam konferensi
internasional mengenai isu-isu kesejahteraan sosial lingkup ASEAN, kemiskinan
menjadi masalah sosial utama di negara-negara anggota. "Setelah pertemuan
ini, ternyata permasalahan di negara-negara ASEAN hampir sama yaitu masalah
kemiskinan," kata Sekjen Kementerian Sosial Toto Utomo Budi Santosa di
Jakarta, Jumat.
Kementerian Sosial menjadi penyelenggara konferensi
internasional mengenai isu-isu kesejahteraan sosial yang berlangsung sejak
Kamis (27/10) diikuti seluruh perwakilan negara ASEAN dan sejumlah negara
sahabat. Konferensi tersebut merupakan ajang pertukaran informasi dan
pengalaman mengenai penanganan masalah sosial di negara masing-masing sehingga
yang dianggap sukses dalam penanganannya bisa berbagi informasi dengan negara
lain.
Dari pertemuan selama dua hari itu selain bertukar pengalaman tentang penanganan masalah sosial, juga telah menghasilkan enam hal yang akan ditindaklanjuti.
Dari pertemuan selama dua hari itu selain bertukar pengalaman tentang penanganan masalah sosial, juga telah menghasilkan enam hal yang akan ditindaklanjuti.
Hal yang akan ditindaklanjuti yaitu membahas rencana
kerjasama dalam bentuk MoU antara Kementerian Sosial dengan negara-negara
sahabat seperti Turki, Inggris, Fiji, China dan Jerman serta Timor Leste. Selain
itu, menindaklanjuti LoI untuk pembahasan MoU antara Kementerian Sosial dengan
Inggris dalam bidang pertukaran informasi dan pemberdayaan masyarakat dengan
Fiji. Juga inisiatif untuk bekerja sama pengembangan SDM pekerja sosial dengan
Timor Leste. Serta mendapat dukungan program dari Pemerintah Jerman untuk belajar
tentang jaminan sosial. Serta pertukaran informasi dan membahas beberapa hal
masalah-masalah lanjut usia dan anak jalanan dengan Pemerintah China. Toto
menambahkan, dalam konferensi internasional itu juga terdapat beberapa masalah
sosial yang menjadi prioritas untuk dibahas yaitu masalah kemiskinan,
kecacatan, lanjut usia dan korban bencana alam. "Kita belajar dari
permasalahan-permasalahan yang dialami masing-masing negara dan
kelebihan-kelebihannya sehingga bisa saling belajar," ujar Toto.
Direktur Jenderal (Dirjen) Rehabilitasi Sosial Kementerian
Sosial Makmur Sunusi mengatakan, melalui konferensi tersebut dicari cara yang
efisien dan efektif dalam pelayanan yang menjadi isu-isu sosial. "Kita
mencari permasalahannya termasuk SDM dan model penanganannya. Dalam pertemuan
ini kita mencoba mengelaborasi pengalaman-pengalaman dari negara-negara
lain," kata Makmur. Ia mencontohkan negara Fiji, dengan populasi yang
lebih kecil dari Indonesia tapi memiliki pendapatan lebih besar dalam
penanganan masalah kemiskinan di negara itu memanfaatkan teknologi komunikasi
telepon seluler untuk memberikan bantuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar